MEKANISME REAKSI ELIMINASI
PADA ALKOHOL DAN ALKIL HALIDA
Sebelum mempelajari lebih jauh mekanisme reaksi
eliminasi pada alcohol dan alkil halide, pertama-tama kita harus mengetahui apa
itu reaksi eliminasi. Reaksi eliminasi merupakan reaksi peruraian suatu
molekul menjadi molekul-molekul lain di mana salah satu molekul dikatakan
tereliminasi. Reaksi eliminiasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi pembentukan
ikatan rangkap dari ikatan tunggal (kebalikan dari reaksi adisi). Pada
reaksi eliminasi terjadi penyingkiran beberapa atom/gugus atom yang terikat
pada atom-atom C yang berdekatan. Berikut
sedikit contoh reaksi-reaksi eliminasi :
Reaksi
eliminasi H2 dari alkana menjadi alkena
CH3-CH2-CH3 --> CH3 - CH = CH2 + H2
Reaksi
eliminasi air (dehidrogenasi) dari alkohol
Alkohol dapat bereaksi membentuk alkena dengan bantuan katalis H2SO4
pekat berlebih pada suhu 180o
CH3 - CH2 - OH --> CH2 = CH2 + H2O
Reaksi eliminasi HX dari haloalkana
(dehidrohalogenasi)
Haloalkana R - X dapat bereaksi dengan gugus - OH yang larut dalam alkohol
seperti NaOH etanolis membentuk alkuna.
1. REAKSI
ELIMINASI ALKIL HALIDA
Jika
alkil halida mempunyai atom hidrogennya pada atom karbon yang bersebelahan dengan karbon pembawa halogen
akan bereaksi dengan nukleofil maka
terdapat dua kemungkinan reaksi yang bersaing, yaitu substitusi dan eliminasi.
Pada reaksi
substitusi, nukleofil menggantikan halogen (lihat pers. 5.5). Pada reaksi eliminasi (pers. 5.6),
halogen X dan hidrogen dari atom karbon yang
bersebelahan
dieliminasi dan ikatan
baru terbentuk di antara karbon-karbon yang
pada mulanya membawa X dan H. Proses eliminasi adalah cara umum yang digunakan dalam pembuatan
senyawa-senyawa yang mengandung ikatan
rangkap.
Seringkali
reaksi substitusi dan eliminasi terjadi secara bersamaan pada pasangan pereaksi nukleofil dan
substrat yang sama. Reaksi mana yang dominan, bergantung
pada kekuatan nukleofil, struktur substrat, dan kondisi reaksi. Seperti halnya dengan reaksi substitusi,
reaksi eliminasi
juga mempunyai dua mekanisme, yaitu
mekanisme E2 dan E1.
Mekanisme
E2 ( Bimolekuler )
Reaksi
E2 adalah proses satu tahap. Nukleofil bertindak sebagai basa dan mengambil proton (hidrogen) dari atom
karbon yang bersebelahan dengan karbon
pembawa
gugus pergi. Pada waktu yang
bersamaan, gugus pergi terlepas
dan ikatan rangkap
dua terbentuk.
Konfigurasi yang
terbaik untuk reaksi E2 adalah konfigurasi dimana hidrogen yang akan tereliminasi dalam posisi anti dengan gugus pergi. Alasannya ialah bahwa
pada posisi tersebut orbital ikatan CH
dan CX tersusun sempurna yang memudahkan
pertumpang tindihan orbital dalam pembentukan
ikatan baru.
Mekanisme
E1 ( Unimolekuler
)
Mekanisme
E1 mempunyai tahap awal yang sama dengan mekanisme SN1. Tahap lambat atau penentuan ialah tahap
ionisasi dari substrat yang menghasilkan ion
karbonium.
Kemudian, ada
dua kemungkinan reaksi untuk ion karbonium. Ion bisa bergabung dengan nukleofil (proses SN1) atau
atom karbon bersebelahan dengan ion karbonium melepaskan
protonnya, sebagaimana ditunjukkan dengan panah lengkung, dan membentuk alkena (proses E1).
B. REAKSI ELIMINASI ALKOHOL
Alcohol
seperti alkil halide, bereaksi eliminasi dan menghasilkan alkena. Karena air
dilepaskan dalam eliminasi ini, maka reaksi ini disebut reaksi dehidrasi.
Meskipun sering dipilih asam sulfat sebagai katalis,
namun asam kuat apa saja dapat menyebabkan dehidrasi suatu alcohol. Eliminasi
merupakan reaksi samping yang prevalen dalam reaksi substitusi antara alcohol
dan HX.
Untuk alcohol sekunder dan tersier, dehidrasi
mengikuti jalur E1. Gugus hidroksil diprotonkan, sebuah karbokation terbentuk
dengan lepasnya sebuah molekul air, dan kemudian sebuah proton dibuang untuk
menghasilkan alkena. Sedangkan alcohol primer melalui reaksi E2.
Perhatikan dehidrasi 2-pentanol, suatu alcohol
sekunder yang menjalani suatu reaksi E1 yang khas.
Dalam tahap ke 2, karbokation kehilangan proton. Dalam
tahap ini juga keadaan transisi terbentuk ikatan rangkap parsial ( sebagian ).
Jika dapat terbentuk dari 1 alkena, maka suatu reaksi E1 yang khas akan
menghasilkan secara lebih melimpah, alkena yang lebih tersubstitusi, karena
lebih stabil. Secara tidak langsun perlu diingat bahwa reaksi E2 biasanya juga
menghasilkan alkena yang lebih stabil.
C. STRUKTUR DAN REAKTIVITAS
Kondisi
yang dapat mempercapat reaksi SN1 juga dapat mempercepat terjadinya reaksi E1.
Demikian pula kondisi yang dapat mempercepat reaksi SN2 dapat mempercepat
reaksi E2.
1. Aturan Saytseff
Menurut aturan ini, reaksi eliminasi suatu
alkil halida akan menghasilkan senyawa tak jenuh yang mempunyai jumlah
substituent yang paling banyak. Eliminasi saytseff dapat dijelaskan
berdasarkan kestabilan relative keadaan transisi untuk membentuk olefin.
Pengaruh hiperkonjugasi suatu gugus alkil akan menurunkan energy keadaan
transisi terhadap alkena yang memiliki substituent yang banyak.
2. Aturan Hoffman
Suatu senyawa bermuatan seperti tetra-alkil
ammonium atau garam tri-alkil sulfonium akan mengalami reaksi eliminasi dimana
produk yang disukai ialah senyawa ikatan tak jenuh yang mempunyai jumlah
substituent yang paling sedikit.
Reaksi E1 dipengaruhi factor-faktor berikut :
a. kestabilan dari ion karbonium
b. banyaknya substituent pada ikatan rangkap
c. sterik efek, molekul yang kurang crowded dalam
bentuk ion karbonium
d. pelarut polar memudahkan terbentuk ion karbonium.
Reaksi E2 dipengaruhi factor-faktor :
a. jika ada gugus penarik electron pada substratnya,
sehingga memudahkan mengeliminasi hydrogen pada posisi β. Adanya gugus fenil
pada posisi β juga akan meningkatkan kecepatan reaksi.
b. factor sterik juga akan meningkatkan kecepatan
reaksi E2, dimana dengan banyaknya substituent berarti semakin banyak atom H
yang dapat diserang atau dieliminasi sehingga akan makin banyak kemungkinan
produk eliminasi.
Disini saya memiliki 4 permasalahan :
1. Pada umumnya gugus yang tereliminasi dari
substratnya pada reaksi eliminasi adalah elektrofil dan Nukleofil, dapatkah
anda jelaskan mengapa ? dan berikan contoh dari elktrofil dan nukleofil
tersebut !
2. Mengapa perubahan reagen pada reaksi eliminasi E1
pada alkil halide tidak mempengaruhi !
3. Pada aturan reaksi eliminasi Saytseff, mengapa
alcohol yang tereliminasi lebih suka menghasilkan produk berkonjugasi
dibandingkan produk tak berkonjugasi, jelaskan !
4. Seperti yang tertulis diatas, seringkali
reaksi substitusi dan eliminasi terjadi secara bersamaan pada pasangan pereaksi nukleofil dan
substrat yang sama. Reaksi mana yang dominan, bergantung
pada kekuatan nukleofil, struktur substrat, dan kondisi reaksi. Pada kondisi seperti apa reaksi eliminasi lebih
dominan ?
SUMBER :
Hart, crain. 2003. Kimia
Organik edisi kesebelas. Jakarta : Erlangga.
Riswayanto. Kimia
Organik. Jakarta : Erlangga.
No comments:
Post a Comment