MAKALAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN
“ Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ”
DISUSUN OLEH:
1.
AYU NUR KHASANAH (
A1C116022 )
2.
NURUL SAKINAH (
A1C116072 )
3.
EKA SATRIA PUTRA (
A1C116058 )
4. M. ALJAZIRI BADRUZAMAN ( A1C116024 )
5.
MELLYCHA LIANI PUTRI
( A1C116064 )
6.
HERY GUNAIDI
( A1C116062 )
7.
IMELDA KHAIRUNNISA ( A1C116040 )
8.
INDRA LASMANA
( A1C116012 )
DOSEN PEMBIMBING:
Drs. AFFAN MALIK, M.E.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas
segala kemampuan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan
Tugas Makalah yang berjudul “ PENERAPAN
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH “ pada mata kuliah Pengelolaan
Pendidikan. Akhir – akhir ini sekolah harus menghadapi tuntutan baru terutama
menyangkut pemberlakuan peraturan pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dengan
demikian, setiap sekolah/ madrasah dituntut untuk menyusun, melaksanakan
memonitor, dan mengevaluasi rencana pembangunan guna memenuhi standar tersebut
untuk manajemen pendidikan. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada
junjungan Nabi besar Muhammad Swt atas petunjuk dan risalahNya, yang
telah membawa zaman kegelaapan ke zaman terang benderang, dan atas doa restu
dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu saya memberikan
referensi dalam pembuatan makalah ini.
Saya dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran dan
kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat saya
sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jambi,
4 April 2017
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………….………………………………………………………….
ii
Daftar isi……………………………..…….…………………………………………………………
iii
BAB I PENDAHULUAN……………….………………………………………………………….....1
1.1 Latar belakang
………………..…………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah ……………….....……………………………………………………………..2
1.3 Tujuan ……..……………………….............……………………………………………..............2
BAB II
PEMBAHASAN ……...………………..……...……………………………………………..3
2.1 Penerapan MBS dalam penyusunan rencana
kerja tahunan sekolah ( RKTS)……...............….....3
2.2.Rencana
Kerja Tahunan Sekolah/ Madrasah ……………………………………………...………3
2.3 Rencana
Biaya dan Pendanaan………………….......……………………………………………..4
2.4 Pengertian, Prinsip dan Fungsi-Fungsi Manajemen
kesiswaan …………………………,………5
2.5 Manajemen Kurikulum ………………………….....…………………………………………….17
BAB III PENUTUP ……………......………………………………………………………………...25
3.1 Kesimpulan ………………...…………………………………………………………………….25
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...…………………………………27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) sebagai bagian dari strategi Pemerintah dalam
desentralisasi pendidikan bertujuan memperkuatkan kehidupan berdemokrasi
melalui desentralisasi kekuasaan , sumber daya dan dana ke masyarakat tingkat
sekolah . Konsepnya berupa desentralisasi manajemen sumber-sumber daya ke
tingkat sekolah : pengetahuan , teknologi , kewenangan (power), bahan , orang ,
waktu , dan keuangan . Desentralisasi ini bersifat administratif : keputusan
yang dibuat di tingkat sekolah harus dalam kerangka kebijakan nasiona.
Pendidikan
merupakan salah satu instrumen paling penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan
merupakan bentuk strategi budaya tertua bagi manusia untuk mempertahankan
berlangsungnya eksistensi mereka (Wahono 2000, hlm. iii). Oleh karenanya, upaya
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitasnya harus dilakukan secara terus
menerus. Melalui pendidikan diharapkan pemberdayaan, kematangan, dan
kemandirian serta mutu bangsa secara menyeluruh dapat terwujud. Pendidikan
merupakan salah satu aspek kehidupan yang bersifat fungsional bagi setiap
manusia dan memiliki kedudukan strategis.
Oleh
karena itu, upaya untuk meningkatkan mutu manusia Indonesia melalui pendidikan,
dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien, sesuai
dengan kebutuhan yang semakin mendesak. Salah satu pendekatan yang dipilih di
era desentralisasi sebagai alternatif peningkatan kualitas pendidikan
persekolahan adalah pemberian otonomi yang luas di tingkat sekolah serta
partisipasi masyarakat yang tinggi dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional. Pendekatan tersebut dikenal dengan model manajemen berbasis sekolah.
MBS
sebagai terjemahan dari School Based Managment (SBM) adalah suatu pendekatan
praktis yang bertujuan untuk mendesain pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan kepada Kepala Sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, Kepala Sekolah, orangtua
siswa, dan masyarakat (Fattah 2004, hlm.17).
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penerapan MBS dalam penyusunan
rencana kerja tahunan sekolah ?
2. Apa pengertian rencana kerja tahunan sekolah ?
3. Bagaimana penyusunan rencana kerja tahunan
sekolah ?
4. Apa saja Pengertian, Prinsip dan
Fungsi-Fungsi Manajemen kesiswaan ?
5. Apa saja pengertian , ruang lingkup, prinsip
dan proses Manajemen Kurikulum ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui penerapan MBS dalam
penyusunan rencana kerja tahunan sekolah ( RKTS)
2. Untuk mengetahui pengertian rencana kerja
tahunan sekolah
3. Untuk dapat mengetahui penyusunan rencana
kerja tahunan sekolah
4. Untuk dapat mengetahui pengertian, fungsi,
dan prinsip manajemen kesiswaan
5. Untuk dapat mengetahui pengertian, ruang
lingkup, prinsip dan proses Manajemen Kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penerapan MBS
dalam penyusunan rencana kerja tahunan sekolah ( RKTS)
MBS merupakan Model manajemen yang memberikan otonomi
lebih besar pada sekolah, memberikan fleksibelitas atau keluwesan lebih besar
pada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong sekolah
meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Oleh karena itu, esensi MBS =
otonomi sekolah + partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah. Manajemen
Berbasis Sekolah yang bertanggung jawab lebih besar harus diberikan kepada
Kepala Sekolah dalam pemanfaatan sumber daya dan pengembangan strategi-strategi
berbasis sekolah sesuai dengan kondisi setempat.Dalam penyusunan rencana kerja
tahunan sekolah( RKTS ), kepala sekolah berperan dalam menentukan rencana pengelolaan kinerja segala unsur yang berkenaan
dengan sekolah tersebut.
2.2.Rencana Kerja Tahunan
Sekolah/ Madrasah
Rencana kerja tahunan adalah rencana operasional
yang disusun berdasarkan program sasaran dan kegiatan yang akan
dilakukanpertahun guna merealisasikan pencapaian 8 standar nasional pendidikan.
Penyusunan
rencana kerja sekolah jangka pendek meliputi :
1. Penetapan
program
Program
merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari beberapa harapan atau tujuan
yang saling bergantung dan saling terkait untuk mencapi sasaran yang sama.
2. Penetapan
sasaran – sasaran
Sasaran
digunakan sebagai panduan dalam menyusun kegiatan yang akan dilakukan dalam
waktu tertentu guna merealisasikan program yang telah direncanakan. Sasaran yang
baik adalah realistis, dapat diukur dan spesifik.
3. Penentuan
indikator keberhasilan
Indicator
keberhasilan adalah ukuran yang digunakan untuk menilai apakah sasaran atau
program yang ditetapkan berhasil atau tidak. Indicator yang baik meliputi SMART .
4. Menyusun
kegiatan
Kegiatan
adalah tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran – sasaran didalam
program kerja pengembangan sekolah. Kegiatan yang baik adalah yang mengarah
pada pencapaiaan indicator keberhasilan yang telah dirumuskan dan dapat diperkirakan
biaya atau anggaran.
5. Penetapan
penanggungjawab kegiatan
Penanggung
jawab program atau kegiatan dapat ditangani oleh kepala sekolah, komite sokolah
dsb.
6. Penentuan
jadwal pengembangan sekolah
2.3 Rencana Biaya dan
Pendanaan
Anggaran adalah rencana
diformulasikan dalam bentuk rupiah untuk jangka waktu tertentu setra alokasi
sumber pada tiap bagian. Ada tiga bagian penyusunan rencana anggaran suatu unit
atau lembaga yaitu :
1. Target
penerimaan
2. Rencana
pengeluaran
3. Sumber
dana lainnya.
Penyusunan anggaran berangkat dari rencana kegiatan
atau program yang telah disusun dan kemudian diperhitungkan berapa biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Rencana kerja sekolah yang telah disusun kemudian
dilaksanakan dengan menggunakan perangkat penting antara lain:
1. Pedoman
sekolah
2. Struktur
organisasi sekolah dengan beberapa ketentuan dalam Permendiknas no 19 tahun
2007.
Pedoman
sekolah untuk melaksanakan program meliputi :
1. Setiap
sekolah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan
secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak terkait.
2. Perumusan
pedoman sekolah mempertimbangkan visi misi dan tujuan sekolah.
3. Pedoman pengelolaan sekolah meliputi KTSP,
Kalender Akademik, struktur organisasi , pembagian tugas guru, tata tertib
sekolah , kode etik, dan biaya operasinal.
4. Pedoman
sekolah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional sekolah.
5. Peddoman
pengelolaan KTSP, kalender pendidikan dan pembagian tugas pendidik dievaluasi
dalam skala tahunan.
2.4 Pengertian, Prinsip dan Fungsi-Fungsi
Manajemen kesiswaan
A. Pengertian Manajemen
Secara etimologi
berasal dari Bahasa Inggris yaitu dari kata kerja to manage yang artinya
mengurus, mengatur, menggerakkan dan mengelola.1 Dengan demikian manajemen
secara bahasa adalah pengurusan, pengaturan, penggerakan dan pengelolaan. Secara terminology manajemen sering
disandingkan dengan administrasi, sehingga muncul 3 pandangan yang berbeda : 1)
memandang administrasi lebih luas dari pada manajemen; 2) mengartikan manajemen
lebih luas dari pada administrasi; 3) menganggap manajemen sama dengan administrasi.2
Dalam penulisan selanjutnya istilah manajemen sama dengan administrasi, karena
keduanya mempunyai fungsi yang sama.
1. Prinsip Manajemen
Pentingnya
prinsip-prinsip dasar dalam praktik manajemen antara lain menentukan metode
kerja, pemilihan pekerjaan dan pengembangan keahlian, pemilihan prosedur kerja,
menentukan batas-batas tugas, mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas,
melakukan pendidikan dan latihan, melakukan sistem dan besarnya imbalan itu
dimaksudkan untuk meningkat efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Menurut Siagaan
dalam Soebagio, fungsi manajemen adalah tugas- tugas tertentu yang harus
dilaksanakan sendiri. Para ahli manajemen mempunyai pendapat yang beraneka
ragam tentang fungsi manajemen, yang paling awal adalah pendapat Fayol yaitu:
planning, organizing, commanding, coordinating dan controlling. Gulich membagi
fungsi manajemen menjadi 7 yang dikenal dengan POSDCOR (planning, organizing,
staffing, directing, controlling, reporting dan budgeting). Sedangkan Terry
menyatakan 4 fungsi manajemen POAC (planning, organizing, actuating dan
controlling).10 Pendapat di atas adalah sebagian dan sekian banyak pendapat
yang dikemukakan oleh para ahli.Dari beberapa pendapat yang dikemukakan
terdapat perbedaan secara komposisi dan terminologinya, namun pada intinya
mempunyai kesamaan.Beberapa kesamaan tersebut, dan pada umumnya digunakan pada
lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia adalah perencanaan, pengorgani
sasian, penggerakan dan pengawasan.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan
merupakan penentuan kegiatan yang akan dilaksanakan pada masa depan. Aktivitas
ini dilakukan untuk menentukan tindakan agar mencapai hasil yang diinginkan.
Perencanaan dalam bahasa arab disebut niat, yaitu formulasi tindakan di masa
mendatang yang diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai oleh organisasi.
b.
Pengorganisasian (Organizing)
Setelah perencanaan
dilakukan secara matang, maka tindakan selanjutnya adalah pengorganisasian,
kegiatan ini menjembatani antara kegiatan perencanaan dengan kegiatan
penggerakan.Perencanaan hanya sebatas kerangka kegiatan tanpa adanya subyek dan
wewenang yang jelas maka tujuan kegiatan tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.Pengorganisasian pada dasarnya pembagian tugas dan wewenang personil
sesuai perencanaan yang telah ditetapkan.
c. Penggerakan (Actuiting )
Penggerakan
merupakan aktualisasi dari perencanaan dan pengorganisasian secara konkrit.
Perencanaan dan pengorganisasian tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan
tanpa adanya aktualisasi dalam bentuk kegiatan. Perencanaan bagaikan garis
start dan penggerakan adalah bergeraknya mobil menuju tujuan yang diinginkan
berupa garis finish, garis finish tidak akan dicapai tanpa adanya gerak mobil.
Tugas penggerakan
dilakukan oleh pemimpin, menurut Nanang Fattah pemimpin pada dasarnya seorang
yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam
kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kemampuan umum untuk menggerakkan atau
menggairahkan orang agar bertindak dinamakan motivasi.
d. Kontrol/Evaluasi (Controlling)
Pengawasan
merupakan pengontrol kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.Pengawasan diterapkan dalam fungsi
manajemen, agar pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan tidak melenceng dari
perencanaannya, kalaupun ada penyimpangan-penyimpangan maka dilakukan
perbaikan.Sagala pengawasan adalah kegiatan untuk mengetahuli realisasi pelaku
personel dalam organisasi, dan apakah tingkat pencapaian tujuan sesuai dengan yang
dikehendaki, serta hasil pengawasan tersebut apakah dilakukan perbaikan.Dalam
kegiatan ini juga dilaporkan faktor- faktor pendukung dan penghambat kerja,
sehingga memudahkan usaha perbaikan. Jadi, pengawasan ini dilihat dari segi
input, proses, output bahkan outcomenya telah sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan atau belum sesuai tujuan yang ditetapkan.
B. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan
(murid) adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik (dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar
mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga
keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.Manajemen kesiswaan bertujuan untuk
mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah dapat berjalan lancar, tertib, teratur serta dapat mencapai tujuan
pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan sekolah tersebut manajemen kesiswaan
meliputi empat kegiatan, yaitu: penerimaan siswa baru, kegiatan kemajuan
belajar, bimbingan dan pembinaan disiplin serta monitoring.
1. Penerimaan Siswa Baru
Penerimaan siswa
baru merupakan salah satu kegiatan yang pertama dilakukan sehingga harus dikelola
sedemikian rupa supaya kegiatan belajar mengajar sudah dapat dimulai pada hari
pertama setiap tahun ajaran baru. Langkah-langkah penerimaan siswa baru secara
garis besar dapat ditentukan sebagai berikut: a. Menentukan panitia b.
Menentukan syarat-syarat penerimaan c. Mengadakan pengumuman, menyiapkan
soal-soal tes untuk seleksi dan menyiapkan tempatnya d. Melaksanakan
penyaringan melaluai tes tertulis maupun lisan e. Mengadakan pengumuman
penerimaan f. Mendaftar kembali calon siswa yang diterima g. Melaporkan hasil
pekerjaan kepada kepala sekolah. Pedoman-pedoman atau peraturan yang
berhubungan dengan penerimaan siswa baru meliputi masalah teknik pelaksanaan,
yang menyangkut masalah waktu, persyaratan dan teknis administrasi antara lain
:
a. Masalah Waktu: - Kapan pendaftaran calon
siswa baru dimulai dan diakhiri - Kapan tes/ujian seleksi dilaksanakan - Kapan
hasil tes diumumkan
b. Masalah Persyaratan: - Besarnya uang
pendaftaran - Berapa rata-rata nilai raport yang bisa diterima sebagai pendaftar
- STTB/ijazah dan foto copy ijazah terakhir yang sudah di sahkan oleh yang
berwenang - Pas foto (selain jumlah ditentukan juga ukurannya)
c. Proses Penerimaan Siswa Baru Proses
penerimaan siswa baru yang biasa dilakukan pada dasarnya ada tiga cara, yaitu:
1)
Ujian/Tes
2) Penelusuran
Bakat Kemampuan
3. Berdasarkan
Hasil EBTA (Ujian Akhir Sekolah)
d. Orientasi Siswa Baru Setiap anak atau
siswa saat memasuki lingkungan baru akan mengalami kesulitan, baik disebabkan
oleh situasi maupun karena praktek dan prosedur yang berbeda. Kesulitan itu
kalau tidak diatasi dapat menimbulkan ketegangan jiwa.Supaya tidak mengalami
ketegangan, administrator pendidikan seyogyanya memberi pen-jelasan- penjelasan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan sekolah.Orientasi siswa baru adalah
kegiatan yang merupakan salah satu bagian dalam rangka proses penerimaan siswa
baru. Istilah yang digunakan adalah Masa Orientasi Siswa Baru (MOS). Tujuan
orientasi siswa baru yaitu pengenalan bagi siswa baru mengenai keadaan-keadaan
madrasah, antara lain meliputi tata tertib, kondisi siswa serta pengenalan
pelajaran yang akan dihadapi, ini dimaksudkan agar siswa nanti tidak akan
mengalami kejanggalan dalam menempuh studi. Kegiatan-kegiatan yang harus
diikuti oleh siswa baru antara lain adalah : 1. Perkenalan dengan para guru dan
staf sekolah 2. Perkenalan dengan siswa lama dan pengurus OSIS 3.Penjelasan
tentang tata tertib sekolah 4. Mengenal dan meninjau fasilitas-fasilitas
sekolah (misalnya: laboratorium, perpustakaan, ruang pertemuan (AULA), sanggar
kesenian dan lain sebagainya.Waktu MOS juga untuk penelusuran bakat-bakat
khusus dan siswa baru, misalnya penelusuran bakat-bakat olah raga, bakat-bakat
seni, bakat-bakat menulis (mengarang).Oleh karena itu selama MOS banyak diisi
kegiatan-kegiatan pertandirigan olah raga, lomba menyanyi, pidato, dan
sebagainya.
2. Pendataan Kemajuan Belajar Siswa
Keberhasilan
kemajuan untuk prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik,
terpercaya dan memiliki keabsahan.Data ini diperlukan untuk mengetahui dan
mengontrol keberhasilan atau prestasi oleh kepala sekolah sebagai manajer
pendidikan di sekolah. Kemajuan belajar siswa secara periodik harus dilaporkan
kepada orang tua sebagai masukan untuk berprestasi dalam proses pendidikan dan
membimbing anaknya dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah. Dalam
pendataan kemajuan belajar siswa untuk kemajuan dan keberhasilan kegiatan
belajar mengajar secara maksimal diperlukan buku catatan prestasi belajar
murid, yang meliputi buku daftar nilai, buku legger dan raport.a. Buku Daftar
Nilai Buku ini merupakan buku pertama yang digunakan oleh guru untuk mencatat
nilai mentah yang diperoleh langsung dari ulangan harian atau ulangan umum,
serta nilai-nilai lain seperti nilai tugas dan aktivitas. b. Buku Legger Yaitu
buku kumpulan nilai yang memuat semua nilai untuk semua bidang studi yang
diikuti oleh siswa di dalam periode tertentu. Buku legger ini diisi oleh wali
kelas yang menampung nilai-nilai dari guru-guru yang memegang pelajaran di
kelas tersebut.Sekolah juga memiliki buku legger yang merupakan kumpulan nilai
dari legger-legger kelas.c. Buku Raport Merupakan sebuah buku yang memuat
laporan hasil belajar yang bersangkutan mengikuti pendidikan di sekolah. Buku
raport bukan hanya berguna bagi murid itu sendiri untuk dapat mengetahui
prestasinya selama suatu periode, tetapi juga bagi orang tua siswa, tujuannya
adalah agar orang tua dapat mengetahui tentang kemajuan belajar atau prestasi
putranya di sekolah. Guru dan pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan
tujuan apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan
yang diharapkan atau belum. Karena dari hasil penilaian yang diperoleh guru
akan dapat mengetahui mana siswa-siswinya yang sudah berhak melanjutkan
pelajaran atau sudah berhasil menguasai bahan, maupun untuk mengetahui
siswa-siswinya yang belum menguasainya.
3. Bimbingan dan Pembinaan Disiplin Siswa
a. Bimbingan
Bimbingan adalah
pelayanan komprehensif yang tidak dapat dilakukan semata-mata satu orang saja,
melainkan seluruh personal sekolah perlu menunjang pelaksanaan itu agar tepat
berfungsi secara penuh dan efektif.Secara khusus layanan bimbingan bertujuan untuk
membantu siswa agar dapat tercapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek
pribadi, sosial, belajar dan karir bimbingan pribadi; sosial dalam mewujudkan
pribadi yang taqwa, mandiri dan bertanggung jawab.Bimbingan belajar;
dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan, konselor
dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi produktif.Personel pelaksana pelayanan
bimbingan adalah segenap unsur yang terakait di dalam program pelayanan
bimbingan dengan koordiriator dari guru pembimbing konselor sebagai pelaksana.
Secara umum,
bimbingan yang diberikan pihak sekolah terhadap siswa berkaitan dengan hal-hal
sebagai berikut: a. Pilihan bidang studi b. Penyesuaian kepada situasi sekolah.
c. Kesukaran belajar d. Kesukaran yang bertalian dengan keluarga dan lingkungan
e. Gagal dalam bidang studi tertcitu f. Kebutuhan dan kesempatan rekreasi g.
Kurang minat terhadap bidang studi tertentu h. Kurang harga diri i.
Hambatan-hambatan fisik, mental, emosi dan penyesuaian murid j. Pilihan
pekerjaanlpenyesuaian waktu senggang k. Pertentangan antara ambisi dan
kesanggupan siswa.
1) Prinsip-Prinsip Bimbingan
Prinsip-prinsip
merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaahan lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksnaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan
terhadap siswa, prinsip- prinsip yang digunakan menurut Van Hoose (1969) adalah
sebagai berikut : a. Bimbingan di dasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap
anak terkandung kebaikan-kebaikan, setiap pribadi mempunyai potensi dan
pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan potensinya itu. b.
Bimbingan merupakan bantuan kepada anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan
perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat. c. Bimbingan dalam
prinsipnya harus menyeluruh ke semua murid karena semua orang tentu mempunyai
rnasalah yang butuh pertolongan.
2) Tujuan Bimbingan di Sekolah
Tujuan bimbingan
dan penyuluhan di sekolah tidak lepas dari tujuan pendidikan dan pengajaran
pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Yaitu yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dalam Bab II Pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan
nasional Indonesia, berfungsi mengembangkan kernampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. Menurut Djumhur dalam bukunya Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah ada tujuan dan layanan bimbingan di sekolah yang diselenggarakan bagi
peserta didik, yaitu : a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan pemahaman
diri sesuai dengan kecakapan, minat pribadi, hasil belajar serta kesempatan
yang ada. b. Membantu peserta didik untuk mengembangkan motif-motif intrinsik dalam
belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti dan bertujuan. c.
Memberikan dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan. d. Mengembangakan
nilai dan sikap secara menyeluruh serta perasaan sesuai pencernaan diri. e.
Membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian diri dalam beradaptasi
secara maksimal terhadap masyarakat. f. Membantu peserta didik untuk hidup
seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial. Dengan demikian maka
tujuan bimbingan dan penyuluhan di sekolah ialah membantu tercapainya tujuan
pendidikan dan pengajaran serta membantu individu (siswa) untuk mencapai
kesejahteraan.
3) Fungsi-Fungsi Bimbingan
Fungsi bimbingan
dan penyuluhan dalam proses pendidikandan pengajaran ialah rnembantu
tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Karena itu segala langkah dan
bimbingan dan penyuluhan harus sejalan dengan langkah-langkah yang diambil dari
segi pendidikan. Sehingga suatu hal wajar dengan adanya bimbingan dan
penyuluhan itu diharapkan pendidikan akan berlangsung lebih lancar dan
mengefektifkan program sekolah. Fungsi bimbingan ditinjau dari kegunaan atau
manfaat ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan
tersebut. Fungsi-fungsi itu banyak namun dapat dikelompokkan menjadi empat
fungsi pokok, yaitu: a. Fungsi Pemahaman Fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan peserta didik. b. Fungsi Penyaluran Fungsi
bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik untuk memilih jurusan
sekolah, jenis sekolah, dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat
dan cirri-ciri kepribadian lainnya. c.
Fungsi Adaptasi Fungsi membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru,
untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan dan
kebutuhan para peserta didik. Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai para peserta didik secara tepat,
baik dalam mengelola dan memilih materi pelajaran yang tepat, atau dalam
mengadaptasikan bahan pelajaran pada kecepatan dan kemampuan peserta didik.d.
Fungsi Penyesuaian Fungsi bimbingan
untuk membantu peserta didik memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh
kemajuan dalam perkembangannya secara optimal.
Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi, memahami, dan
memecahkan masalah. 4) Kegiatan-Kegiatan Bimbingan Ada beberapa kegiatan dalam
bimbingan di sekolah, di antaranya adalah: a. Bimbingan pendidikan adalah bertujuan
untuk membantu seseorang dalam memilih program yang tepat. b. Bimbingan belajar
ialah memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan kesulitan yang
berhubungan dengan masalah belajar. c. Bantuan dalam kesulitan belajar
maksudnya agar siswa dapat memperoleh sukses dalam belajar secara optimal
sesuai dengan potensi yang dimilikinya. d. Bantuan dan mekanisme bimbingan
dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara teratur dan mencapai tujuan
diperlukan adanya administrasi yang baik serta perlengkapannya. e. Fasilitas
dan anggaran marupakan penunjang bagi terlaksananya program bimbingan di
sekolah, seperti ruangan yang memberikan kesan yang nyaman, menyenangkan untuk
pelaksanaan bimbingan. b. Pembinaan
Disiplin Siswa Allah selalu memberikan contoh untuk berlaku disiplin sesuai
dengan aturan. Sebagai contoh Allah menciptakan alam seisinya ini semua ditata
sedmikian rupa, jika salah satu diantara yang ada tidak memenuhi aturan yang
ada, maka kelangsungan alam ini terancam.
Disiplin sekolah
ialah keadaan tertib dimana para guru, staf sekolah dan siswa yang tergabung
dalam sekolah, tunduk kepada peraturan- peraturan yang telah ditetapkan dengan
senang hati.Disiplin siswa dimaksudkan untuk mengarahkan siswa agar tumbuh dan
berkembang sesuai kapasitas dan kemapuan bakat dan minat serta menjadi pribadi
yang utuh sebagai makhluk individu dan sosial, cerdas, terampil dan bermoral.
Menurut asal-usul kata (etimologi), kata disiplin berasal dari bahasa Latin yakni discilpina
dan merupakan bentukan dari discipulus yang berarti seseorang yang datang
kepada orang lain dengan tujuan belajar, yaitu siswa (Oxford: 1959). Sehingga
dengan disiplin diperoleh sesuatu yang terkait dengan pengetahuan, sikap dan
perilaku yang sesuai dengan aturan. Sedang dalam bahasa Inggris digunakan
istilah discipline yang berarti (a method of) training to produce obedience end
self control yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “suatu metode/cara
latihan mengembangkan ketaatan dan kendali diri. Dan selanjutnya dijelaskan
bahwa self discipline (kendali diri) diartikan dengan the training ofoneself to
controlone’s habits, actions, and desires (latihan seseorang untuk mengontrol
kebiasaan, ekgiatan dannafsunya). (Longman: 1989). Jadi kedisplinan siswa
adalah sikap seorang murid yang patuh atau tunduk terhadap peraturan yang ada
di lingkungan (sekolah).
1. Tujuan Disiplin
Dalam dunia
pendidikan, sangat diperlukan adanya disiplin sebagai alat yang mengikat dalam
dunia pendidikan, dengan kedisiplinan anak dapat diarahkan, dibimbing dan
dididik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Kebutuhan
akan kedisiplinan sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, berikut ini
terdapat beberapa tujuan dari kedisiplinan. a. Menurut Charles Schaefer tujuan
adanya disiplin dibedakan jadi dua macam yaitu : disiplin jangka panjang dan
disiplin jangka pendek. Tujuan jangka pendek dari disiplin adalah membuat anak-
anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan pada mereka bentuk-bentuk
tingkah laku yang pantas atau masih asing bagi mereka.Sedang tujuan jangka
panjang yaitu untuk pengembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri
sendiri yaitu agar anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan
pengendalian dari luar. b. Eg. White mengatakan tujuan dan disiplin adalah
mendidik seorang anak. Untuk memelihara diri, ia harus berstandar dalam
mengendalikan diri. Berpijak dan berbagai tujuan yang dikemukakan di atas pada
dasarnya tujuan kedisiplinan siswa adalah agar siswa terlatih dalam
mengendalikan dan mengarahkan dirinya dalam lingkungan keberadaannya, sehingga
timbul rasa tanggung jawab dan kematangan dari dirinya sendiri demi kebahagiaan
untuk hidup masa depan.
2. Fungsi-fungsi Disiplin
a. Membangun Kepribadian.
Kepribadian adalah
keseluruhan sifat, tingkah laku dan pola hidup seseorang yang tercermin dalam
penampilan, perkataan dan perbuatan sehari-hari, sifat, tingkah laku dan pola
hidup pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, keluarga, pergaluan, dan sekolah.Disiplin yang diterapkan di
masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian
yang baik.Oleh karena itu, dengan disiplin, seorang anak dibiasakan mengikuti,
mematuhi, mentaati aturan-aturan yang berlaku.Kebiasaan itu, lama-kelamaan
masuk ke dalam kesadaran dirinya sendiri sehingga akhirnya menjadi
kepribadiannya.Disiplin telah menjadi bagian dalam kehidupan
sehari-hari.Menurut Singgih D. Gunarso fungsi disiplin adalah untuk mengajarkan
mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas.b. Terciptanya
Lingkungan Kondusif. Sekolah sebagai ruang lingkungan pendidikan perlu
menjainin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi
proses tersebut adalah kondisi aman, tentram, tertib dan teratur, saling
menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik. Apabila kondisi ini terwujud
sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan di
tempat seperti itu. Potensi dan prestasi siswa akan mencapai hasil optimal.
Sebab unsur yang menghambat proses pendidikan dapat diatasi dan diminimalkan
oleh situasi kondusif tersebut. c. Melatih Kepribadian. Kepribadian yang
tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.Pola hidup seperti itu
mustahil dapat terbentuk begitu saja. Hal ini membutuhkan waktu dan proses yang
butuh waktu lama, perlu adanya latihan, pembiasaan diri, mencoba dan berusaha
dengan gigih. d. Menata Kehidupan Bersama. Dalam hubungan bersama diperlukan
norna, nilai peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatan dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Kepentingan individu yang satu tidak
berbenturan dengan kepentingan individu yang lain.
Jadi fungsi
disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau
dalam masyarakat dengan begitu hubungan individu satu dengan yang lain menjadi
baik dan lancar. Kegiatan pembinaan disiplin siswa dapat dilaksanakan melalui
kegiatan organisasi kesiswaan (OSIS), kegiatan
kokurikuler san ekstra kurikuler. a.
Kegiatan Organisasi Siswa (OSIS) OSIS merupakan organisasi murid yang
resmi diakui dan diselenggarakan di sekolah dengan tujuan melatih kepemimpinan
murid serta memberi wahana bagi murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan
ko-kurikuler yang sesuai; oleh karena itu supaya pembinaan administrasinya
terutama menyangkut pembinaan pengelolaan organisasi dan kegiatannya, apapunn
kegiatannya yang dikembangkan hendaknya selalu dalam rangkaian dan tujuannya,
yaitu pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran, pengembangan
keterampilan dan pengembangan sikap, selaras dengan tujuan sekolah yang
tertuang dalam kurikulum.OSIS merupakan satu-satunya wadah untuk menampung dan
menyalurkan kreativitas siswa baik melalui kegiatan ko-kurikuler maupun
ekstrakurikuler dalam menunjang tercapainya keberhasilan kegiatan kurikuler di
sekolah. Adapun fungsi OSIS ialah pembinaan siswa. Pembinaan siswa mempunyai
tujuan, agar siswa nantinya bisa menjadi warga negara yang baik dan berguna, yaitu
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, cerdas dan terampil, berbudi pekerti luhur, berkepribadian dan bersemangat
kebangsaan, menjadi manusia-manusia pembangunan, yang mampu membangaun dirinya
sendiri dan bersama-sama bertanggungjawab atas pembangun- an bangsa.Nilai-nilai
dari OSIS adalah nilai berorganisasi. Pengalaman-pengalaman berorganisasi ini
di antaranya adalah: 1) Pengalaman memimpin Khususnya ini bagi anggota
pengurus, yang duduk sebagai ketua organisasi maupun ketua-ketua seksi. 2)
Pengalaman bekerja sama Seluruh pengurus dan juga anggota, untuk melaksanakan
program-programnya harus saling bekerja sama. 3) Hidup demokratis Dalam
organisasi tidak bisa seseorang memaksakan kehendaknya begitu saja kepada orang
lain anggota organisasi tersebut. Semua anggota mempunyai hak dan kedudukan
yang sama. 4) Berjiwa toleransi Anggota dari suatu organisasi bisa mempunyai
pendapat dan pandangan yang berbeda-beda. Setiap anggota harus rela menerima
keberadaan itu, dan berusaha memadukannya menjadi suatu yang berguna. 5)
Pengalaman mengendalikan diri Pengalaman ini meliputi pengalaman bagaimana
merencanakan program-program kegiatan, bagaimana mengorganisasi
kegiatan-kegiatan, bagaimana menggerakkan dan mengarahkan orang-orang, menilai
dan mengukur keberhasilan dari suatu kegiatan.
Dalam gerak
langkahnya OSIS mendapat pembinaan dan bimbingan dari Majlis Pembimbing OSIS
(MBO).Majlis Pembimbing OSIS terdiri atas guru-guru pembina dan diketahui
langsung oleh kepala sekolah.Dengan demikian segala kegiatan OSIS tetap dalam
pembinaan, pengawasan dan tanggung jawab kepala sekolah.Bidang-bidang kegiatan
OSIS bisa bermacam-macam. Diantaranya ialah:
1) Kegiatan bidang ilmiah, seperti
ceramah-ceramah, diskusi. 2) Kegiatan bidang olah raga, seperti senam,
permainan, bela diri. 3) Kegiatan bidang kesenian, seperti tari, drama, seni
suara, seni rupa dan sebagainya. 4) Kegiatan bidang pecinta alam, seperti
mendaki gunung, tamasya, kemah. 5) Kegiatan bidang keagamaan, seperti
pengumpulan zakat fitrah, santunan anak yatim. 6) Kegiatan bidang koperasi
sekolah, seperti usaha melengkapi kebutuhan siswa, melengkapi perpustakaan
sekolah. pendidikan yang dilaksanakan sekolah, namun pelaksanaanya di luar
jam-jam pelajaran resmi. Artinya di luar jam-jam pelajaran yang tercantum dalam
jadwal pelajaran.Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di
luar kelas dan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk menumbuh kembangkan
potensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki peserta didik (siswa) baik
berkaitan dengan aplikasi ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam
pengertian khusus untuk membimbing siswa dalam mengembangkan potensi dan bakat
yang ada dalam dirinya melalui kegiatan-kegiatan yang wajib maupun
pilihan.Kegiatan ekstrakurikuler juga berhubungan dengan bagaimana penerapan
sesungguhnya dari ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh para siswa sesuai
dengan tuntutan kebutuhan hidup mereka maupun lingkungan di sekitarnya.Karena sifatnya
pengembangan, maka kegiatan ekstrakurikuler biasanya dilakukan secara terbuka
dan lebih memerlukan inisiatif siswa sendiri dalam pelaksanannya.Namun demkian,
meskipun dalam prakteknya lebih banyak melibatkan inisiatif dan peran siswa,
kegiatan ekstrakurikuler harus mendapatkan perhatian khusus dari seluruh pihak
yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan, tidak saja manajemen sekolah
ataupun masyarakat.
4. Monitoring
Monitoring adalah
suatu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan suatu
kegiatan yakni manajemen kesiswaan. Kegiatan monitoring adalah suatu kegiatan
memonitor atau mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh seluruh warga
sekolah; dalam hal ini difokuskan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
siswa.Kegiatan monitoring ini dapat dilakukan secara langsung pada kegiatan
yang sedang dilakukan oleh siswa dan kegiatan monitoring secara tidak langsung
dengan mendengarkan laporan dari orang yang terlibat dalam kegiatan. Jadi fokus
monitoring adalah proses pelaksanaan manajemen kesiswaan, bukan pada hasil.
Sehingga tujuan monitoring adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan.Apa yang harus dilakukan dan bagaimana
langkah melakukannya dengan dasar hasil monitoring tersebut.
2.5 Manajemen Kurikulum
Kurikulum adalah suatu sistem
yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan menunjang satu
sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi
pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum
akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama
diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak
berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan
maksimal.
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum
sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses
pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah
salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan proses-proses tersebut.
Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola lembaga
pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan
ataupun kurikulumnya. Dalam makalah ini penulis akan menerangkan tentang
penerapan manajemen dalam pelaksanaan kurikulum.
1.Konsep
Dasar Manejemen Kurikulum
A. Pengertian
Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum secara kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan. Dalam proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama sosial antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang mendukungnya. Pelaksanaanya dilakukan dengan metode kerja tertentu yang efektif dan efisien dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu pada tujuan kurikulum yang sudah ditentukan.
Dalam pelaksanaanya, pengembangan kurikulum harus berdasarkan dan disesuaikan dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan pengertian, bahwa manajemen kurikulum itu memang atas dasar konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah. Suatu intitusi pendidikan diberi kebebasan untuk menentukan kebijakan dalam merancang dan mengelola kurikulum menurut kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Pemerintah hanya menetapkan standar nasional dan untuk pengembanganya diserahkan sepenuhnya kepada lembaga sekolah dan madrasah terkait.
E. Mulyasa mengatakan bahwa desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah diberlakukan untuk memberikan keluasan pada sekolah dan perlibatan masyarakat untuk mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikanya sesuai prioritas kebutuhan dengan seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang optimal. Tidak hanya itu dengan pemberdayaan sekolah lewat pemberian otonomi adalah bentuk tanggap dari pemerintah terhadap tuntutan masyarakat dan pemerataan pendidikan.
Manajemen kurikulum adalah sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum secara kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah dirumuskan. Dalam proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama sosial antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang mendukungnya. Pelaksanaanya dilakukan dengan metode kerja tertentu yang efektif dan efisien dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu pada tujuan kurikulum yang sudah ditentukan.
Dalam pelaksanaanya, pengembangan kurikulum harus berdasarkan dan disesuaikan dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan pengertian, bahwa manajemen kurikulum itu memang atas dasar konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah. Suatu intitusi pendidikan diberi kebebasan untuk menentukan kebijakan dalam merancang dan mengelola kurikulum menurut kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Pemerintah hanya menetapkan standar nasional dan untuk pengembanganya diserahkan sepenuhnya kepada lembaga sekolah dan madrasah terkait.
E. Mulyasa mengatakan bahwa desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah diberlakukan untuk memberikan keluasan pada sekolah dan perlibatan masyarakat untuk mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikanya sesuai prioritas kebutuhan dengan seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang optimal. Tidak hanya itu dengan pemberdayaan sekolah lewat pemberian otonomi adalah bentuk tanggap dari pemerintah terhadap tuntutan masyarakat dan pemerataan pendidikan.
B. Ruang lingkup Manajemen
kurikulum
Manajemen kurikulum adalah
bagian dari studi kurikulum. Para ahli pendidikan pada umumnya telah mengenal
bahwa kurikulum suatu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai ruang
lingkup sagat luas. Studi ini tidak hanya membahas tentang dasar-dasarnya,
tetapi juga mempelajari kurikulum secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam
pendidikan.
Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
(1.) Manajemen perencanaan,
(2.) Manajemen pelaksanaan kurikulum,
(3.) Supervisi pelaksanaan kurikulum,
(4.) Pemantauan dan penilaian kurikulum,
(5.) Perbaikan kurikulum,
(6.) Desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum.
Dari keterangan ini tampak sangat jelas bahwa ruang lingkup manajemen kurikulum itu adalah prinsip dari proses manajemen itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses pelaksanaan kurikulum punya titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen. Sehingga para ahli dalam pelaksanaan kurikulum mengadakan pendekatan dengan ilmu manajemen. Bahkan kalau dilihat dari cakupanya yang begitu luas, manajemen kurikulum merupakan salah satu disiplin ilmu yang bercabang pada kurikulum.
Dalam sebuah kurikulum terdiri dari beberapa unsur komponen yang terangkai pada suatu sistem. Sistem kurikulum bergerak dalam siklus yang secara bertahab, bergilir, dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, sebagai akibat dari yang dianutnya, maka manajemen kurikulum juga harus memakai pendekatan sistem. Sistem kurikulum adalah suatu kesatuan yang di dalamnya memuat beberapa unsur yang saling berhubungan dan bergantung dalam mengemban tugas untuk mencapai suatu tujuan.
C. Prinsip dan Pentingnya Manajemen Kurikulum
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
1.) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan manajemen kurikulum.
2.) Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
3.) Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal, maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
4.) Efiktivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5.) Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan.
Adapun fungsi-fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya kurikulum, karena pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan dengan pengelolaan yang terencana.
b. Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
c. Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
d. Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
(1.) Manajemen perencanaan,
(2.) Manajemen pelaksanaan kurikulum,
(3.) Supervisi pelaksanaan kurikulum,
(4.) Pemantauan dan penilaian kurikulum,
(5.) Perbaikan kurikulum,
(6.) Desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum.
Dari keterangan ini tampak sangat jelas bahwa ruang lingkup manajemen kurikulum itu adalah prinsip dari proses manajemen itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses pelaksanaan kurikulum punya titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen. Sehingga para ahli dalam pelaksanaan kurikulum mengadakan pendekatan dengan ilmu manajemen. Bahkan kalau dilihat dari cakupanya yang begitu luas, manajemen kurikulum merupakan salah satu disiplin ilmu yang bercabang pada kurikulum.
Dalam sebuah kurikulum terdiri dari beberapa unsur komponen yang terangkai pada suatu sistem. Sistem kurikulum bergerak dalam siklus yang secara bertahab, bergilir, dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, sebagai akibat dari yang dianutnya, maka manajemen kurikulum juga harus memakai pendekatan sistem. Sistem kurikulum adalah suatu kesatuan yang di dalamnya memuat beberapa unsur yang saling berhubungan dan bergantung dalam mengemban tugas untuk mencapai suatu tujuan.
C. Prinsip dan Pentingnya Manajemen Kurikulum
Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
1.) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum harus sangat diperhatikan. Output (peserta didik) harus menjadi pertimbangan agar sesuai dengan rumusan tujuan manajemen kurikulum.
2.) Demokratisasi, proses manajemen kurikulum harus berdasarkan asas demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
3.) Kooperatif, agar tujuan dari pelaksanaan kurikulum dapat tercapai dengan maksimal, maka perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terkait.
4.) Efiktivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan kurikulum harus dapat mencapai tujuan dengan pertimbangan efektif dan efisien, agar kegiatan manajemen kurikulum dapat memberikan manfaat dengan meminimalkan sumber daya tenaga, biaya, dan waktu.
5.) Mengarahkan pada pencapaian visi, misi, dan tujuan yang sudah ditetapkan.
Adapun fungsi-fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya kurikulum, karena pemberdayaan sumber dan komponen kurikulum dapat dilakukan dengan pengelolaan yang terencana.
b. Meningkatkan keadilan dan kesempatan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal melalui rangkaian kegiatan pendidikan yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan.
c. Meningkatkan motivasi pada kinerja guru dan aktifitas siswa karena adanya dukungan positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
d. Meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat dalam memberi masukan supaya dalam sumber belajar disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
II. Proses Manajemen
Kurikulum
A.
Manajemen Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah suatu
proses sosial yang kompleks dan menuntut berbagai jenis tingkat pembuatan
keputusan kebutuhan untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses penggunaan
model-model aspek penyajian kunci. Sebagaimana pada umumnya rumusan model
perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas dengan pemrosesan
secara cermat. Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan sistematik tentang
relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang bermakna), sosiologis
(argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi (dalam menentukan urutan
materi pelajaran).
Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada pelaksanaan sistem pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut:
1. Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.
2. Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program.
3. Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar.
4.Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus.
Dari rumusan perencanaan di atas penulis menyimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya memuat pada rangkaian susunan mata pelajaran, tetapi juga memuat seluruh aspek kegiatan pendidikan dan pendukung-pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan lebih banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun materi ajar. Karena materi pelajaran adalah sesuatu yang dianggap sangat urgen dalam kurikulum. Maka dalam perumusanya juga sangat diperlukan adanya landasan yang kokoh untuk sebagai pedoman.
B. Manajemen Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum adalah berkenaan dengan semua tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian semua tugas yang memungkinkan terlaksana. Dalam manajemen pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas material, personal dan kondisi-kondisi supaya kurikulm dapat terlaksana.
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala sekolah. Selain dia bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik yang akan berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
2) Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi; (1) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, (2) pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah, (3) kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada pelaksanaan sistem pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut:
1. Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.
2. Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program.
3. Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar.
4.Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus.
Dari rumusan perencanaan di atas penulis menyimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya memuat pada rangkaian susunan mata pelajaran, tetapi juga memuat seluruh aspek kegiatan pendidikan dan pendukung-pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan lebih banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun materi ajar. Karena materi pelajaran adalah sesuatu yang dianggap sangat urgen dalam kurikulum. Maka dalam perumusanya juga sangat diperlukan adanya landasan yang kokoh untuk sebagai pedoman.
B. Manajemen Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum adalah berkenaan dengan semua tindakan yang berhubungan dengan perincian dan pembagian semua tugas yang memungkinkan terlaksana. Dalam manajemen pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas material, personal dan kondisi-kondisi supaya kurikulm dapat terlaksana.
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala sekolah. Selain dia bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik yang akan berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
2) Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi; (1) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, (2) pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah, (3) kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
C. Manajemen
Pemantauan dan Penilaian Kurikulum
Pemantauan kurikulum adalah pengumpulan informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus dipantau untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang yang ahli menyusun kurikulum harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai mengevaluasinya.
Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk mengumpulkan seluruh informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah. Dalam tataran praktis, pemantauan kurikulum memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi belajar, motivasi belajar, keaktifan, kreativitas, hambatan dan kesulitan yang diahadapi.
2. Tenaga pengajar, dengan memantau pada pelaksanaan tanggung jawab, kemampuan kepribadian, kemampuan kemasyarakatan, kemampuan profesional, dan loyalitas terhadap atasan.
3. Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan, cara penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media.
4. Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian, pelaporan hasil penilaian.
5. Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok usia, dan kualitas kemampuan lulusan.
D. Perbaikan Kurikulum
Kurikulum suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.
Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).
Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi, seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siwaswa, serta masyarakat mempuanyai sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan secara jelas. Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam membuat keputusan kurikulum dan intruksional.
Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan: (1.) Mengidentfikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui tujuan,
(2.) Mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
(3.) Mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan diharapkan,
(4.) Memilih pemecahan sebagai percobaan,
(5.) Merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian,
(6.) Melakukan solusi percobaan,
(7.) Evaluasi.
Pemantauan kurikulum adalah pengumpulan informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus dipantau untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang yang ahli menyusun kurikulum harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai mengevaluasinya.
Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk mengumpulkan seluruh informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah. Dalam tataran praktis, pemantauan kurikulum memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi belajar, motivasi belajar, keaktifan, kreativitas, hambatan dan kesulitan yang diahadapi.
2. Tenaga pengajar, dengan memantau pada pelaksanaan tanggung jawab, kemampuan kepribadian, kemampuan kemasyarakatan, kemampuan profesional, dan loyalitas terhadap atasan.
3. Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang digunakan, cara penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan perawatan media.
4. Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian, pelaporan hasil penilaian.
5. Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok usia, dan kualitas kemampuan lulusan.
D. Perbaikan Kurikulum
Kurikulum suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.
Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).
Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber daya manusiawi, seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siwaswa, serta masyarakat mempuanyai sangat berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan secara jelas. Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam membuat keputusan kurikulum dan intruksional.
Chamberlain telah merumuskan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan: (1.) Mengidentfikasi masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui tujuan,
(2.) Mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
(3.) Mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan diharapkan,
(4.) Memilih pemecahan sebagai percobaan,
(5.) Merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian,
(6.) Melakukan solusi percobaan,
(7.) Evaluasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
MBS merupakan Model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar pada sekolah, memberikan fleksibelitas atau
keluwesan lebih besar pada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan
mendorong sekolah meningkatkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan mutu sekolah dalam kerangka pendidikan nasional.
Penyusunan
rencana kerja sekolah jangka pendek meliputi :
1. Penetapan
program
2. Penetapan
sasaran – sasaran
3. Penentuan
indikator keberhasilan
4. Menyusun
kegiatan
5. Penetapan
penanggungjawab kegiatan
6. Penentuan
jadwal pengembangan sekolah
Ada
tiga bagian penyusunan rencana anggaran suatu unit atau lembaga yaitu :
1. Target
penerimaan
2. Rencana
pengeluaran
3. Sumber
dana lainnya.
Manajemen kesiswaan
(murid) adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik (dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar
mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga
keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.Manajemen kesiswaan bertujuan untuk
mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah dapat berjalan lancar, tertib, teratur serta dapat mencapai tujuan
pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan sekolah tersebut manajemen
kesiswaan meliputi empat kegiatan, yaitu: penerimaan siswa baru, kegiatan
kemajuan belajar, bimbingan dan pembinaan disiplin serta monitoring.
Monitoring adalah suatu
proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan suatu
kegiatan yakni manajemen kesiswaan. Kegiatan monitoring adalah suatu kegiatan
memonitor atau mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh seluruh warga
sekolah; dalam hal ini difokuskan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
siswa.
Manajemen kurikulum adalah salah satu disiplin ilmu yang bercabang dari
kurikulum. Pengelolaan kurikulum dengan manajemen yang baik, akan menjadikan
seluruh rangkaian dalam pendidikan mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dengan
maksimal. Tidak hanya sebatas itu, mutu sebuah pendidikan yang dapat dilihat
dari aspek kualitas produk dan efektifitas serta efisiensi sumber daya akan
dengan mudah terwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin dan Prabowo,S. 2012. Manajemen
Pendidikan. Jakarta : Kencana Renada Media Group
Suparlan. 2015. Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ). Jakarta : Bumi Aksara.
Werang,R. 2015. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Yogyakarta : Media Akademi.
No comments:
Post a Comment